Berhati-hatilah bagi Anda yang memiliki balita sulit tidur. Sebuah studi terbaru mengungkap,
anak-anak yang terlalu sedikit tidur lebih mungkin mengalami kegemukan atau
obesitas pada usia tujuh tahun dibanding anak yang cukup tidur.
Penelitian
sebelumnya telah menyatakan, kurang tidur sebelum usia empat tahun meningkatkan
risiko obesitas. Namun, studi baru yang dipublikasikan secara online pada awal
pekan ini di Journal Pediatrics mengamati hubungan dua hal tersebut dari bayi
sampai pertengahan masa kanak-kanak.
"Kurang
tidur merupakan faktor risiko independen dan kuat untuk terjadinya obesitas dan
akumulasi lemak total juga lemak perut," kata peneliti Dr Elsie Taveras,
Kepala Bagian Pediatri Umum di Massachussetts General Hospital for Children di
Boston, Amerika Serikat.
"Kekuatan
utama dari penelitian ini adalah kami melihat kegiatan tidur pada beberapa
periode," tambahnya. Kelebihan
lemak tubuh pada masa kanak-kanak menjadi pemicu utama anak mengalami masalah
kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung dan diabetes. Taveras dan
timnya meneliti pola tidur lebih dari 1.000 anak-anak.
Sedikit
tidur didefinisikan sebagai kurang dari 12 jam sehari dari usia 6 bulan-2
tahun, kurang dari 10 jam sehari untuk 3-4 tahun, dan kurang dari 9 jam sehari
untuk usia 5-7 tahun. Hasil studi menemukan, anak-anak yang paling jarang tidur
sekira 2,5 kali cenderung menjadi lebih gemuk daripada mereka yang sering
tidur.
"Mereka
juga 2,5 kali lebih mungkin untuk memiliki lebih tinggi dalam total lemak,
lemak perut, serta lingkar pinggang dan pinggul yang besar," tambah
Taveras. Menurut
dia, banyak penjelasan yang mungkin ada untuk hubungan ini. "Jika Anda
tidur terlalu sedikit, itu mengganggu beberapa hormon yang mengatur seberapa
lapar kita dan seberapa kenyang kita," ujarnya.
Dalam
kehidupan keluarga, tanpa tidur yang konsisten untuk anak-anak, ada kemungkinan
terjadi kekacauan di sekitar waktu makan yang teratur dan dapat memengaruhi
berat badan anak. Taveras mengutarakan, anak-anak yang tidak tidur cukup dapat
menonton televisi lebih banyak daripada anak yang pergi tidur lebih awal.
Menonton
televisi lebih lama dikaitkan dengan kebiasaan makan lebih banyak atau menjadi
sering ngemil, terutama ketika menanggapi iklan makanan. Temuan baru ini tidak
mengejutkan Dr William Muinos, Direktur Program Manajemen Berat Badan di Miami
Children's Hospital di Florida, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam
penelitian ini.
Nasihatnya
untuk Anda sebagai orangtua? Tetapkan waktu tidur yang konsisten. "Batasi
minuman berkafein pada akhir hari. Jauhi semua gangguan benda-benda elektronik
dan video games yang membuat mereka keluar dari kamar tidur," saran
Taveras. Dia meminta orangtua untuk menyuruh anak-anak pergi tidur lebih awal.
Kurang
tidur tidak mengubah fisiologi. "Ini akan menempatkan Anda dalam apa yang
disebut stress mode. Tubuh akan membacanya sebagai, 'Saya harus berpegang pada
kalori dan menimbun lemak'," tambahnya. Tentang studi ini, Muinos
mengatakan sangat baik karena memelajari sekelompok besar anak-anak untuk
jangka waktu panjang.
Taveras
mengungkapkan, penelitian lain tengah berlangsung untuk melihat apakah menambah
waktu tidur dapat secara langsung meningkatkan kontrol berat badan anak-anak.
Sudah diketahui bahwa kegiatan tidur memiliki manfaat lain. "Ada bukti
kuat yang menunjukkan, (tidur cukup) meningkatkan konsentrasi dalam
menyelesaikan tugas di sekolah," tegasnya.
Untuk
penelitian ini, para ibu melaporkan durasi tidur yang biasa anak-anak mereka
lakukan dalam waktu 24 jam, dimulai pada usia enam bulan. Mereka juga
melaporkan pola tidur anaknya setiap tahun dari usia 1-7 tahun. Anak-anak lalu
mendapat skor tidur, mulai dari nol (tidak cukup tidur) sampai 13 (tidur yang
cukup konsisten).
Rata-rata
waktu tidur mereka, yaitu 10,2. Namun, sekira 4% dari anak-anak partisipan
tersebut berada di kisaran kurang, yaitu 0-4. Sekira 40& memiliki skor 12
atau 13, yang disebut cukup tidur. Penelitian ini juga menemukan bahwa mereka
yang tidur kurang dari rata-rata cenderung berasal dari keluarga miskin dengan
ibu berpendidikan rendah.