Lazada Indonesia
Yang Paling Baru

Fakta-Fakta Tentang CEO yang Harus Kalian Tahu



1. Gaji meningkat jauh lebih besar
Disaat pekerja Amerika bergulat dengan upah dan pasar kerja yang tidak pasti, ada satu kelompok yang tidak perlu khawatir tentang kenaikan gaji yaitu CEO. 350 perusahaan terbesar di negara itu dengan pendapatan rata-rata kompensasi CEO - termasuk gaji dan nilai opsi saham yang telah dieksekusi - adalah $ 14.100.000 pada tahun 2012, naik hampir 13% sejak tahun 2011 dan 37% sejak tahun 2009, menurut sebuah studi oleh Economic Policy Institute di Washington, DC.

Dalam jangka panjang, angka pertumbuhan CEO akan lebih dramatis - terutama bila dibandingkan dengan gaji para pegawainya. Dari tahun 1978 sampai 2012, kompensasi CEO meningkat lebih dari 875%, disesuaikan dengan inflasi, dibandingkan dengan pertumbuhan 5,7% pada kompensasi pekerja selama periode yang sama, menurut EPI. Termasuk nilai opsi saham, perbandingan kompensasi CEO dan pekerja adalah 18-1 pada tahun 1965; sedangkan 201-1 di tahun 2012.

2. Semakin tinggi gaji, semakin rendah produktivitas
Gaji tinggi bagi para CEO benar-benar dapat membahayakan kinerja perusahaan mereka, "yang diukur dengan nilai pemegang saham dan keuntungan perusahaan," menurut sebuah studi Interface edisi Desember 2013, sebuah jurnal ilmiah peer-review.

"Apa yang terjadi ketika Anda dibayar tinggi?" Kata J. Scott Armstrong, profesor pemasaran di The Wharton School di University of Pennsylvania, dan penulis penelitian. "Anda memutuskan Anda bekerja untuk uang dan bukan nilai intrinsik atau kepentingan dalam pekerjaan, dan itu bukan hal yang baik bagi perusahaan." Para penulis mengatakan bahwa kompensasi yang tinggi dapat menyebabkan CEO mengabaikan pengambilan keputusan lainnya. Studi ini juga menemukan bahwa banyak CEO yang dibayar untuk menjadi "beruntung"; misalnya, kepala eksekutif di industri minyak kompensasinya digunakan untuk meningkatkan keuntungan yang dihasilkan dari fluktuasi harga minyak mentah, padahal "faktor di luar kendali mereka."

3. Banyak BawahanNya meragukan mereka
Banyak eksekutif senior mengungkapkan frustrasi dengan CEO mereka. "CEO yang paling bertanggung jawab atas strategi organisasi," kata Paul Leinwand, partner di konsultan Strategy&. tetapi dalam survei yang dilakukan oleh perusahaannya, 55% dari eksekutif senior mengatakan mereka khawatir bahwa perusahaan mereka "tidak fokus pada melaksanakan strategi."

Apapun perasaan mereka tentang CEO mereka, banyak tim pimpinan perusahaan sebenarnya tidak memiliki rencana B. Hanya 46% dari perusahaan memiliki proses formal untuk mengembangkan calon penggantinya pada posisi eksekutif kunci, menurut laporan terbaru oleh Stanford Graduate School of Business, dan hanya 25% dari responden setuju bahwa ada kandidat memadai calon penerus yang siap untuk posisi CEO di perusahaan mereka. "Temuan ini mengejutkan, mengingat pentingnya kepemimpinan yang kuat untuk memiliki kinerja jangka panjang sebuah organisasi," penelitian mencatat.

4. CEO kebanyakan laki-laki
Ada satu hal yang membuat mereka lebih baik untuk menempati di jabatan tertinggi: yaitu memiliki kromosom Y. Jumlah CEO Wanita saat ini hanya di bawah 5% berdasarkan Fortune 500 CEO positions and Fortune 1000 CEO positions, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Catalyst, sebuah organisasi nirlaba dengan misi untuk meningkatkan kualitas bagi perempuan. Dan sekitar 15% berada di posisi eksekutif perusahaan-perusahaan.

Secara keseluruhan, jumlah CEO perempuan yang menjalankan perusahaan telah meningkat menjadi 23 wanita sejak 6 dekade lalu. Meski begitu, berdasarkan tren saat ini, sepertiga dari para CEO dipastikan akan diduduki perempuan pada tahun 2040, menurut survei Strategy&, yang didasarkan pada data dari 2.500 perusahaan publik terbesar. Desember lalu, misalnya, CEO General Motors (GM) Mary Barra, 52 tahun, menjadi CEO wanita pertama dari sebuah perusahaan otomotif global.

5. Mempunyai masalah di Twitter
Media sosial adalah pedang bermata dua bagi CEO: yaitu memungkinkan mereka berhubungan dengan pelanggan dan masyarakat, tetapi juga dapat sebagai media pelanggan mereka dan masyarakat untuk mengomentari segala kesalahan perusahaannya dan dirinya.

Dalam satu kasus baru-baru ini, pelanggan dan karyawan bersuara di Twitter mengomentari CEO Mozilla Brendan Eich setelah terungkap telah menyuap $ 1.000 untuk membeli 2008 suara dalam kampanye melarang pernikahan gay di California. Isu ini terbukti sangat mengganggu bagi perusahaan perangkat lunak tersebut, Eichpun mengundurkan diri bulan lalu. Tahun lalu juga, Jason Goldberg, CEO dan pendiri perusahaan e-commerce Fab, terlibat perkelahian di Twitter dengan anggota masyarakat atas liputan negatif media terhadap perusahaanNya.

Media sosial telah memiliki efek untuk merendahkan para CEO, kata Daryl Koehn, profesor di departemen etika dan hukum bisnis di University of St Thomas, di Minnesota. "Siklus berita sekarang begitu singkat maka dari itu para CEO perlu merespon cukup cepat untuk menawarkan permintaan maaf," katanya. "Jika mereka menunda delapan atau sembilan hari, penundaan itu akan tampak seperti sebuah keabadian."

6. Apa yang dibutuhkan CEO?
Yang terkhir. Faktanya adalah, 37% dari CEO khawatir bahwa kurangnya kepercayaan dalam industri mereka bisa membahayakan pertumbuhan perusahaan mereka, menurut PricewaterhouseCoopers “2013 Global CEO Survey.”

Tapi memenangkan kepercayaan publik merupakan tantangan berat: Hanya 9% orang Amerika mengatakan mereka sangat menilai kejujuran dan standar etika CEO perusahaan-perusahaan besar, menurut survei tahun 2013 yang dilakukan Public Affairs Council, kelompok perdagangan untuk urusan profesional publik. (Sebagai perbandingan, 7% dari orang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di pejabat terpilih di Capitol Hill, sementara 49% mengatakan mereka memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dalam pemilik usaha kecil.).