Lazada Indonesia
Yang Paling Baru

3 Faktor Inilah Akar Penyebab Kegemukan pada Anak


Berlainan dengan anggapan umum, peneliti dari Universitas Illinois, Amerika, menekankan bahwa pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas bukan penyebab obesitas pada anak. Pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas hanyalah dampak dari faktor risiko sebenarnya.

Para peneliti bertanya-tanya apa penyebab sebenarnya dari gaya hidup tak sehat, seperti pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik, pada anak. Mereka menduga ada faktor penyebab tertentu yang menimbulkan gaya hidup tak sehat itu, dan mereka menemukannya.

Di Amerika, obesitas pada anak telah mencapai level yang mengejutkan. Jumlah kegemukan pada anak meningkat dua kali lipat dalam tiga puluh tahun terakhir. Sedang pada orang dewasa, jumlah penderita obesitas meningkat hingga tiga kali lipat. Bahkan, pada tahun 2010, lebih dari sepertiga anak dan remaja mengalami obesitas.

Menjamurnya obesitas pada anak disebabkan oleh beberapa hal yang saling berhubungan satu sama lain, seperti berkurangnya jam pelajaran olahraga atas dasar faktor keselamatan anak. Namun, peneliti Illinois mengklaim telah menemukan tiga faktor utama yang mengontrol 19 faktor lain yang diperkirakan menjadi penyabab obesitas pada anak. Demikian dilansir Medical Daily.

"Kami mengamati 22 variabel yang sebelumnya telah diidentifikasi sebagai pemicu obesitas anak, dan ada tiga yang muncul sebagai pemicu kuat, bahkan setelah kami memperhitungkan pengaruh 19 faktor yang lain," ungkap Brent McBride, profesor pengembangan manusia dan direktur Laboratorium Pengembangan Anak di Universitas Illinois, yang terlibat dalam penelitian.

Ketiga faktor tersebut menunjukkan pengaruh kuat sehingga para peneliti yakin, kepada tiga faktor itu, label faktor penyebab obesitas pantas diberikan. Ketiga faktor itu juga yang seharusnya menjadi perhatian utama dalam mengatasi kasus obesitas pada anak. Apa saja tiga akar penyebab obesitas yang mereka kemukakan?

Faktor obesitas anak yang pertama ialah buruknya kualitas tidur atau kurangnya durasi tidur pada anak. Sedangkan yang kedua dan ketiga adalah orangtua yang kelebihan berat badan dan kurangnya pengawasan orang tua terhadap makanan yang dikonsumsi anak. Dua faktor terakhir berhubungan erat dengan fungsi pengasuhan orang tua.

Peneliti mengemukakan kesimpulan itu setelah menganalisa data 329 pasangan orangtua-anak melalui survei, kunjungan ke rumah, atau pengukuran tinggi dan bobot. Studi itu dilakukan pada saat anak berusia dua tahun.

Salah satu hal yang ditekankan McBride dari penemuannya ialah bahwa tiga faktor pemicu obesitas itu bukan sebuah harga mati. Dengan kata lain, kasus obesitas pada anak masih dapat dicegah dan diatasi dengan mengubah ketiga faktor penyebab itu.

Dipti A. Dev, salah satu peneliti yang merupakan mahasiswa pascasarjana, mengatakan bahwa anak yang sehat merupakan produk dri orangtua yang sehat. Orangtua tidak lagi harus memaksa anak meraup brokoli atau kubis, melainkan memberi mereka contoh yang baik. Hal-hal kecil seperti itu adalah bagian dari pendekatan yang lebih luas. 

Dibanding membuat pilihan sulit dengan melarang anak makan junk food tujuh hari selama satu minggu, lebih baik putuskan bersama menu makan sehat ketika sedang berbelanja di supermarket. Hilangkan permen dari daftar camilan rumah sehingga anak-anak tidak akan memakannya. Jadilah lebih aktif untuk berolahraga bersama anak sehingga anak akan senang meski mengeluarkan banyak energi dan merasa lelah. Dengan berolahraga, anak juga akan tidur lebih lelap.

"Jika Anda, sebagai orang dewasa, mengondisikan lingkungan dengan makanan yang mengakibatkan meningkatnya berat badan, ingat juga bahwa anak-anak Anda tinggal di lingkungan itu," ungkap Dev dalam sebuah pers rilis. Apa yang dikonsumsi orang tua, juga akan dikonsumsi anak.

Hal itu sama halnya dengan orang dewasa yang cenderung menonton televisi dan bermain games untuk mengisi waktu senggang. Maka anak cenderung melakukan hal yang sama dan enggan bermain kejar-kejaran dengan teman atau malas bermain di taman.

Dev menyarankan agar orang tua tidak melarang anak untuk mengudap makanan. Sebab anak yang dilarang mengudap camilan cenderung melahap seluruh camilan yang ditemuinya begitu ada kesempatan.

Yang paling penting, berdasar jurnal Dev dan McBride, adalah keseimbangan. Di rumah, orang tua harus menyediakan buah, sayuran, dan kudapan sehat, untuk menumbuhkan pola pikir hidup sehat pada anak. 

Secara psikologis, keinginan anak terhadap suatu makanan dipengaruhi pengalamannya sebelum masa sekolah. Untuk membentuk pola makan yang sehat, anak harus sering ditawari makanan-makanan sehat dan menyaksikan orang tua mereka meraup makanan-makanan itu. Dengan demikian, anak tergerak untuk mencobanya dan pada akhirnya menjadikan pola makan itu sebagai gaya hidup di kemudian hari.